Ilmu Buat Pilpres dari Piala Dunia !


ilustrasi/Timnas Jerman, pemenang piala dunia 2014
Dalam sebuah program acara di TV One "Karikatur Negeri" edisi Rabu (11/06/2014). Hal menarik tertuang karena mengurai sesuatu yang paling menyita perhatian masyarakat saat ini yakni pentas Pilpres dan piala dunia.

Piala dunia yang resmi dibuka dengan sangat meriah semalam adalah momen untuk menyatukan semua kalangan, tak peduli siapa dan dari mana semua bersorak gembira dalam balutan suka cita memberi dukungan mesti dari kejauhan. Tentunya  hal yang sangat bertolak belakang dengan realita pesta demokrasi yang secara kebetulan bersamaan ditahun dan bulan yang sama pula.

Sebagaimana diketahui bahwa, antara Pilpres dan piala dunia sejatinya terdapat banyak persamaan selain perbedaan. Persamaan yang dimaksud diantaranya dari segi keramaian, kehebohan, semangat ngotot, dan muaranya ialah sama-sama ingin menang.
Adapun perbedaannya hanyalah ketika  piala dunia diadakan 4 tahun sekali, maka pilpres 5 tahun sekali. Selain itu, perbedaan mendasar lain,  hanya pada orientasi  antara pertarungan mencari juara baru sepakbola dunia dan penobatan presiden serta wakil presiden baru untuk Indonesia.

Hal lain dari keterkaitan antara keduanya adalah dari segi pendukung atau Suporter yang dimana dalam sepakbola disebut sebagai pemain ke 12. Suporter yang dengan setia memberi dukungan karena kecintaan dan loyalitas, serta semangat fair flay. lantas bagaimana dengan pilpres?

Dalam momen Pilpres, sudah sangat jarang kita temukan kecintaan dan loyalitas itu apalagi semangat fair play. Justru yang adalah kepentingan, dimana kepentingannya bisa tersalurkan lebih besar maka disanalah dukungannya. Dan bukan hanya itu, upaya lain yang dilakukan dari masing-masing pendukung biasanya adalah budaya saling memojokkan, tuding menuding, dan saling menjelekkan yang terkadang berdampak sampai pada terjadinya bentrok. Sangat jauh dari semangat fair play sebagaimana yang dijunjung tinggi oleh suporter tim piala dunia.

Acara yang dipandu oleh komedian Soleh Solihun ini, juga menguraikan bahwa sepakbola adalah untuk menjadi sehat maka bersaingnya pun secara sehat, makanya untuk pilpres harus memilih calon yang sehat serta berkompotisi secara sehat pula. Maka belajar dari spirit momentum piala dunia, maka kita berharap tidak ada lagi saling menjelekkan, menuding dan sebagainya tetapi saling berpacu menunjukkan kualitas untuk menjadi pemenang sejati.

Semoga!

Dimuat di Portal iPublika (Edisi Jum’at, 13 Juni 2014)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Falsafah Hari, Pesan Untuk Kader IMM

Belajar Dari Prof dr Budu

Tuberculosis di Tengah Pandemi Corona