IMM dan Konsistensi Gerakan Kemahasiswaan



Aksi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Rabu, 20 Mei 2015(Foto:fb)


Peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei kemarin, oleh kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah tentu adalah hal baru yang patut diapresiasi. Organisasi otonom persyarikatan Muhammadiyah ini merealisasikan janjinya menurunkan massa besar serta melakukan aksi demonstrasi mengepung istana, meminta Jokowi-Jk untuk mundur dari jabatannya.

Dengan tagline Meluruskan Kiblat Bangsa, terlihat ribuan massa kader IMM memadati sepanjang jalan dari Jl. Menteng Raya 62, Gedung PP Muhammadiyah hingga depan Istana Negara, Jl Merdeka Barat, Rabu (20/5). Bahkan, massa tersebut sempat merengsek memasuki istana menerobos hadangan para aparat keamanan yang menjaga pagar istana.

Aksi besar-besaran IMM ini sebagai momentum peringatan hari kebangkitan nasional, juga ingin menunjukkan komitmen sebagai gerakan kemahasiswaan yang konsisten dalam mengawal dan mengadvokasi kebijakan pemerintah yang dianggap tidak pro rakyat.

Bagi IMM, Pemerintah sudah tidak memerhatikan nilai-nilai Pancasila yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Tapi Pemerintah lebih ke arah elit politik, dan para korporat asing,
Taufan Korompot, ketua Bidang Hikmah DPP IMM menjelaskan, bahwa IMM ingin apa yang Jokowi janjikan sebelum menjadi presiden jangan berhenti pada janji semata, tapi direalisasikan. Selain itu, lanjut Taufan kebijakan reshuffle kabinet juga tidak akan bisa mengobati apa yang telah terjadi di Indonesia saat ini.

"Kami menuntut Trisakti dan Nawacita terealisasi, seperti janjinya sebelum menjadi presiden dulu. Mereshuffle Menteri saja tak cukup, harus secara keseluruhan. Jadi, intinya, presiden harus turun, sebelum lebih parah lagi," kata Taufan (vivanews.com).

Sementara Ketua Umum DPP IMM Benny Pramula menilai, Jokowi tidak pantas lagi melanjutkan kepemimpinannya sebagai presiden karena tidak bisa mengatasi masalah.
Beberapa permasalahan yang disorot seperti, pencabutan subsidi BBM, merosotnya nilai tukar rupiah, memperpanjang izin ekspor PT Newmont dan Freeport, kegaduhan politik, ketidakpastian hukum, dan terlalu banyak retorika politik penuh kebohongan.

Ia menjelaskan kiblat bangsa tidak lagi pada nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan dan tidak berorientasi kepada kesejahteraan rakyat. "Kami juga meminta revisi UU yang berbau liberal turunan dari UUD 1945 serta hentikan rezim Jokowi-JK, rezim pencitraan, penindas rakyat," tegas Beni, (sindonews.com).

IMM adalah salah satu dari sedikit gerakan kemahasiswaan yang tetap turun melakukan aksi demonstrasi mengecam rezim berkuasa yang dianggap gagal total. Sebelumnya beberapa gerakan kemahasiswaan juga sempat menjanjikan aksi yang sama, tetapi batal setelah menerima undangan diskusi dan makan malam bersama presiden Joko Widodo.

IMM turun aksi selama 3 hari berturut-turut, tercatat dari tanggal 19-21 Mei 2015. Selain di Jakarta, IMM di berbagai daerah juga turun menggelar aksi serupa di wilayahnya masing-masing dengan tuntutan yang sama. IMM juga berjanji bahwa selain aksi 3 hari berturut-turut ini, dia akan tetap melakukan aksi lanjutan selama pemerintahan Jokowi-Jk belum lengser atau melakukan perbaikan untuk bangsa. Semoga!

Kasri Riswadi

tvMuh, IMM dan Konsistensi Gerakan Kemahasiswaan
via:Majalah Khittah

http://www.tvmuh.com/imm-dan-konsistensi-gerakan-kemahasiswaan/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Falsafah Hari, Pesan Untuk Kader IMM

Belajar Dari Prof dr Budu

Tuberculosis di Tengah Pandemi Corona