Tamasya di Kota Solo

di Solo 😉

Bicara Solo, bukan sekadar bicara tentang kota asal dari Presiden RI saat ini, bapak Joko Widodo, bukan juga hanya mengenalnya sebagai kota kelahiran sang tokoh reformasi, M Amien Rais.

Bicara Solo, berarti bicara tentang sejarah dan kebudayaan. Kota yang dengan nama resmi Surakarta ini, memang identik dengan sejarah, banyak peristiwa bersejarah dari perjalanan bangsa Indonesia tertoreh di kota ini. 

Begitu pula sebagai kota budaya, Solo bersama kota Yogyakarta sudah sejak lama telah menjadi dua barometer kota kebudayaan Nusantara.

Bicara Solo, tentu saja juga bicara tentang kota pendidikan. Memang dari segi jumlah masih kalah jauh dari Yogyakarta, Bandung atau Malang, tapi dari segi iklim rasanya kota Solo tak bisa dikesampingkan. Setidaknya iklim itu sebagaimana kami rasakan di kampus UMS dan sekitarnya selama 3 hari ini.

Bicara Solo, juga berarti bicara tentang manusianya. Setidaknya ini menurut penilaian Basri, teman yang baru pertama kali berkunjung ke sini. Tepat di hari ketiga ia telah berani menyimpulkan bahwa orang Solo baik-baik ya, sopan, santun, lembut, kalem, murah senyum, ayu-ayu pula wanita-wanitanya, kecuali sales rokok yang menawarkan prodak kepadanya kemarin. Memaksa coy!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Falsafah Hari, Pesan Untuk Kader IMM

Belajar Dari Prof dr Budu

Tuberculosis di Tengah Pandemi Corona