Tak Merayakan Malam Pergantian Tahun


Kembang api boleh mulai mengudara, petasan mulai diletuskan, jalan-jalan mulai rame, cafe-cafe mulai penuh, yang sepi mulai semarak, atau jenis barang tertentu mulai laku bahkan hampir raib. Itulah petanda tibanya malam pergatian tahun, suatu ritualitas yang selalu dinanti banyak orang untuk tidak dilewatkan. Namun itu tidak bagi saya, seperti juga di tahun-tahun sebelumnya. Kenapa?

Berikut beberapa alasannya:

Pertama, bagi saya pergantian tahun itu hanya soal angka, setelah satu ya dua, setelah dua ya tiga dan begitu seterusnya. Banyak hal lain yang lebih jelas, subtantif dan lebih perlu dirayakan.

Kedua, soal tahun itu banyak versi. Sependek yang saya tahu, selain tahun dalam hitungan masehi, ada pula dalam hitungan hijriyah, Saka, Jawa, Imlek dan masih banyak lagi. Kenapa tidak dirayakan semua? Kenapa hanya salah satunya, atau dua saja? Apa ia merayakan yang salah satu itu memang pilihan atau hanya sekadar ikut-ikutan?

Ketiga, kalaupun mesti dirayakan, saya punya pergantian tahun sendiri, yakni hari dimana usia bertambah dan jatah umur berkurang, saya tidak lahir ditanggal 1 Januari.

Keempat, ini yang paling penting, saya belum punya kelender baru! Hehehe

Selamat bersenang-senang bareng keluarga tercinta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Falsafah Hari, Pesan Untuk Kader IMM

Belajar Dari Prof dr Budu

Tuberculosis di Tengah Pandemi Corona