Minimarket Bencana?

Apa yang terlintas dalam benak kita jika mendengar kata Minimarket. Pastilah sebuah toko yang berisi kebutuhan pokok sehari-hari dengan tatanan yang rapi, pelayanan yang nyaman, dan lokasinya yang selalu berada di tengah-tengah pemukiman dan keramaian penduduk. Pedanan baru sebagai sinonim dari istilah toko kelontong ini memang sedang berkembang pesat dan telah hadir di mana-mana. Namun seperti apa kira-kira jika Minimarket itu dihadirkan di tengah area pengungsian korban bencana dan melayani secara gratis.

Gambaran itu teryata bukan sekadar angan-angan, tapi ia nyata adanya di lokasi pengungsian banjir bandang Masamba, Luwu Utara. Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) pelakunya, yang secara kreatif menghadirkannya dengan perencanan dan penyelenggaraan yang tepat sasaran.

Saya tertarik untuk mengetahuinya lebih jauh dengan mengajak inisiator Minimatket itu untuk menceritakannya. Namanya dr Andi Fadly yang sehari-harinya adalah seorang dokter di kota Palopo. "Penyaluran bantuan bahan pokok yang tepat sasaran dan berdasarkan kebutuhan," ia membuka penuturannya.

"Kita sudah hadir di lokasi bencana ini sehari setelah kejadian hingga kini telah lebih dari sebulan berjalan. Sepanjang itu kami melayani sambil juga melakukan pengamataan. Sudah banyak bantuan yang tersalurkan dan itu bukan hanya dari kita tapi juga relawan lain. Tapi penyelenggraannya ada warga yang mendapat banyak hingga menumpuk bantuan, dan sebaliknya ada warga yang malah tidak dapat."

Rupanya betul yang biasa orang bilang, ada saja orang-orang yang suka mengambil kesempatan dalam kesempitan, rakus. Di Masamba, ini tak hanya terdengar dari dr Fadly, tapi juga dari relawan lain termasuk MDMC, sebuah kelompok relawan yang bagiku sangat terpercaya dan selalu total. "Banyak warga yang sebenarnya tidak terlalu tedampak tapi juga datang membangun tenda di lokasi pengungsian, ya untuk juga mengais bantuan dari para relawan yang berdatangan membawa bantuan," katanya.

Kembali ke dr Fadly, ia melihat jika model penayaluran bantuan tetap seperti itu bisa-bisa akan memicu konflik dan itu memang tak terhidarkan. Sudah sempat terjadi meski segera dapat diredam.

"Minimarket bencana ini juga untuk penyaluran bantuan dalam rangka meringankan beban masyarakat dengan pengelolaan ala minimarket; ditata rapi, pengambilan dijadwal, ambil bahan pokok sesuai kebutuhan dalam jangka waktu yang ditentukan.

"Jadi kita berbasis data dari KK (kartu Keluarga) dan anggota KK lalu dibuatkan kupon sebagai penukar dan berisi jadwal pengambilan bahan kebutuhan. Ini membuat penyaluran bantuan betul-betul tertata dan merata."

Sementara untuk cara kerja minimarket ia melibatkan pemuda setempat di Desa Radda untuk membantu oprasionalnya. Mulai dari membuat dan membagikan kupon kepada tiap-tiap kepala keluarga, mengisi kupon, hingga melayani warga yang datang untuk mengambil barang sesuai kebutuhannya.

"Dengan begitu kita juga mendidik masyarakat untuk perlahan dapat mandiri dalam menata kembali hidupnya setelah terjadinya bencana ini. Kebutuhan pokoknya untuk saat ini kitalah para relawan yang penuhi, jadi mereka cukup fokus untuk menata kembali tempatnya, serta yang bekerja juga sudah bisa memulai bekerja kembali," tambahnya.


Minimarket bencana ini barangkali adalah yang pertama di Indonesia, yang bagi saya cukup menarik perhatian dan bisa menjadi inspirasi dalam salah satu bentuk pengelolaan bencana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Falsafah Hari, Pesan Untuk Kader IMM

Belajar Dari Prof dr Budu

Tuberculosis di Tengah Pandemi Corona