Islam yang Menggembirakan ala Prof Yunahar Ilyas

"Yassiru wala tu’assiru, wa bassyiru wala tunaffiru! Artinya, buatlah mudah, jangan suka membuat susah. Buatlah orang-orang gembira, jangan membuat mereka berpaling muka!"
------------------------------------


Tentang ayahanda yang satu 1 ini, sebagai kader muda Muhammadiyah saya adalah satu dari sekian banyak followers dari beliau (followers bukan di twitter/fb/medsos lainnya, tapi followers dari keistiqomahan, keilmuan dan kharismatiknya). Terlebih setelah berlangsungnya Muktamar Muhammadiyah ke 47 di Makassar.

Sebenarnya saya telah lama mengetahui tentang beliau, dan selama itupula yang senantiasa terbangun dalam persepsiku bahwa ia adalah seorang yang konservatif. Alasanku sederhana, bagaimana ia dalam karya-karya tulisannya, komentarnya di media-media, maupun keberadaannya di Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Tapi dalam suatu waktu yang cukup singkat, apa yang telah lama tertanam dalam persepsiku itu pudar seketika. Tepatnya saat beliau membawakan khotbah jum'at di Masjid Kampus Unismuh Makassar, hari terakhir Muktamar.

Saya tertegun, tertarik dan terpesona dengan ceramah beliau. Tak perlu saya ulas apa yang disampaikan, tapi saya hanya bisa mengungkapkan bahwa dari beberapa orang yang saya tanya komentarnya tentang ulasan khotbah Pak Yunahar hari itu, dari kader yang fundamen, moderat sampai yang liberal, semua berkesimpulan khotbahnya sangat insfiratif, menggembirakan, berkemajuan, waktu 20 menitpun tak terasa saat menyimaknya. Penyampaian dan apa yang disampaikannya sungguh moderat.

Akhirnya beliau tidak seperti yang saya persepsikan selama ini. Dalam benak saya saat itu, pantas jika ia selama ini banyak yang mengeluk-elukkan dan memujinya. Kita mengatakannya konservatif hanya karena tak pernah menyimaknya atau berinteraksi langsung dengannya.

Beliau aset besar persyarikatan dan itu harus kita akui, seorang ulama yang kini telah langka di Muhammadiyah bahkan Islam secara lebih luas, seorang da'i, akademisi, dan cendikiawan.

Dia moderat, berkemajuan dan menggembirakan, seperti itulah kesimpulan akan pengakuanku. Dan itu menjadi sempurna setelah beberapa hari kemudian pengakuan yang sama juga tertuang dari kang Novriantoni Kahar, seorang tokoh intelektual muda Islam melalui Web Jaringan Islam Liberal (JIL).


Makassar, 13 Agustus 2015

/http://islamlib.com/lembaga/muhammadiyah/sebuah-kisah-tentang-islam-yang-gembira/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Falsafah Hari, Pesan Untuk Kader IMM

Belajar Dari Prof dr Budu

Tuberculosis di Tengah Pandemi Corona