Jokowi, Dijelek-jelekkan Tapi Diam-Diam Diikuti


Beberapa waktu lalu, saya pernah memposting foto bersama Presiden Jokowi di facebook. Dalam postingan tersebut, seorang kawan lantas mengomentari dengan sedikit nyinyir, bagaimana dengan presiden yang tidak menghormati rakyatnya. Kesimpulan orang tersebut, Jokowi itu tak pro rakyat dan umat Islam.

Saya yang selama ini selalu mencari dan sibisa mungkin berimbang dalam mengelola informasi lantas tak sepakat dengan itu. Tudingan sang kawan justru memicu saya untuk mencari tahu lebih dalam tentang Jokowi.

Saya mengikuti semua akun medsos Jokowi serta akun pribadi beberapa tim suksesnya, yang salah satunya akun milik Tuan Guru Bajang atau TGB. Figur ini saya pilih karena integritas dan kharismanya, saya sejajarkan ia dengan Hidayat Nurwahid di kubu Prabowo, figur yang lebih dulu kuikuti akun medsosnya.

Pengamatan saya, semakin ke sini tudingan miring yang selalu dialamatkan pada Jokowi semakin terbantahkan, meski kadang-kadang juga satu dua tudingan sulit bisa dibantah dan ada pula yang debatable.

Jokowi adalah pemimpin yang menapak karier dari bawah, sebagai Wali kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga Presiden RI 2014-2019. Pengalaman adalah nilai lebihnya.

Dari segi sosok, meski banyak disorot sekadar pencitraan, kesederhanaan Jokowi selalu menujukkan konsitensinya. Sebagai presiden, ia selalu tampak memberikan kejutan dengan gaya kepemimpinannya yang unik, tampil beda dan kadang mendobrak pakem.

Soal tudingan yang selalu mengiringinya, ia kadang memilih diam dan fokus kerja. Meski kadang-kadang karena gemas barangkali, tak sedikit juga yang diresponnya dengan bantahan hasil kerja serta tudingan balik yang sarkastik bagi para pengkritik.

Mengenai isu ketidakberpihakannya pada umat, Jokowi tak hanya membantah secara lisan, tapi ia langsung bergegas dengan memperlihatkan posisinya. Tak terhitung, berkali-kali ia datang ke para kiai, pimpinan ormas Islam, bahkan untuk pilpres 2019 ini ia menggaet Kiai Ma'ruf Amin (Ketua MUI Pusat) sebagai pendampingnya dan masih banyak lagi. Maka tak heran seorang Yusuf Mansyur pun baru-baru ini membuat pengakuan akan keislaman dan kelebihan Jokowi. Tentu tak hanya YM, di banyak tempat banyak yang sepemikiran. Jokowi memang banyak diberitakan negatif, tapi hasilnya ia justru diam-diam diikuti.

Mengetahui semua ini, tentu kita perlu merefleksi diri, bahwa mencerna informasi secara sepihak, menelannya mentah-mentah, menarik simpulan sendiri dan turut menyebarkan informasi yang tak berimbang bahkan tak benar adanya adalah suatu perbuatan yang merugikan kita dan pihak kita sendiri.

Sebagai penutup, saya mengutip petuah Gus Mus berikut ini, "Memilih itu hak, menjelekkan pilihan orang lain itu melanggar hak. Memilih dan dipilih itu hak. Menghina pilihan orang lain itu melanggar hak."

Pinrang, 9 Pebruari 2019

Komentar

  1. Copas tulisan ta ini ke Facebook. Orang2 yg kerjanya hanya nyiyir perlu belajar untuk membuka pikirannya.jangan terlena dengan hal2 yang berbau islam simbolik. Memang benar ada 3 golongan yang susah dinasehati
    1.orang yang jatuh cinta
    2....
    3.simpatisan fanatik.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Falsafah Hari, Pesan Untuk Kader IMM

Belajar Dari Prof dr Budu

Tuberculosis di Tengah Pandemi Corona