Memilihlah, Tapi Jangan Saling Menjelekkan




"Kita hanya akan dimintai pertanggungjawaban atas pilihan kita. Kita sama sekali tidak bertanggungjawab atas pilihan orang lain."

Kutipan di atas saya petik dari sebuah buku ringan tapi sarat pencerahan. 

Hari-hari ini di linimasa media sosial, kita begitu mudah menjumpai postingan berisi gunjingan, tudingan, menjatuhkan, menjelekkan dan semacamnya. Sasarannya, jelas apalagi kalau bukan ditujukan pada capres/cawapres yang bukan jagoannya. 

01 jelek bagi 02 dan 02 jelek bagi 01. Bila si capres atau timsesnya yang melakukan itu, maka mungkin wajar dan maklum saja. Meski memang caranya ngak mendidik, mungkin itulah usaha maksimal yang dapat dilakukan. Dibalik semua usahanya, akan jelas pula output buat mereka bila jagoannya menang.

Yang jadi persoalan ini, ya kita-kita, warga biasa yang barangkali siapapun yang terpilih, tak akan begitu berpengaruh dan berdampak bagi kemaslahatan ekonomi kita. Sudah ikut-ikutan menggunjing, menjelekkan, saling serang, saling buka aib. Simpulannya hanya memperbanyak dosa dan musuh.

Oki Temans, warga biasa pengguna media sosial. Meski kita banyak tahu tentang jagoan kita, tapi tak sedikit juga yang kita tidak tahu tentang mereka, orang2nya dan siapa-siapa dibelakangnya. Jadi gak usah terlalu fanatik, bijak saja dan tetap ikuti perkembangan.

Kita memang harus terlibat dan harus memilih untuk mengisi demokrasi, sehingga diharuskan juga punya pilihan. Namun, punya pilihan dan meyakininya bukan berarti kita harus mencampuri pilihan orang lain dengan menjelek-jelekkanya di depan umum (baca; medsos).

[Sekadar catatan reflektif, bukan nasihat. Sebab saya sendiri lebih pantas dinasihati daripada menasihati]

Gombara, 21 Februari 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Falsafah Hari, Pesan Untuk Kader IMM

Belajar Dari Prof dr Budu

Tuberculosis di Tengah Pandemi Corona