Mubalig dan Ekspektasi Jamaahnya


"Kan keren kalau ustadnya bijak begitu, arif, berwawasan, bersahabat dan komunikatif, 30 menit pun jadinya tak terasa."

Sedikit curhat, jujur ya (sebab saat puasa tak boleh bohong), saya kadang merasa resah atas sikap dan gaya para mubalig kita khususnya mereka yang gemar menebar kebencian, permusuhan, tidak toleran, hingga ia yang suka merampas hak Tuhan atas monopoli kebenaran yang seolah hanya miliknya. (Baca: tuduh kafir, masuk neraka).

Seolah dengan ceramah yang disampaikan, kita menjadi mengalami proses yang disebut penjajahan kognitif. Tiap malam dan subuh hari kita diceramahi dengan orang berbeda tapi konten dan gaya yang rata-rata itu-itu saja, untung-untung kalau kita jamaah 'tidak dimarahi dan dibentak-bentak lagi'.

Sebab yang saya tahu, subtansi dakwah (ceramah) kan adalah pendidikan, pencerahan, sebagai asupan nutrisi spiritual atas para jamaah.

Mubalig sejatinya adalah mendidik, memberikan pencerahan dan bukan justru memusuhi kita (para jamaah). Alhamdulillah, subuh tadi sang mubalig di masjid lorong kami, mampu memenuhi ekspektasi para jamaah.

Terima kasih ustad.


Masjid Dakwatul Khaer Tama'jene
12 Juni 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Falsafah Hari, Pesan Untuk Kader IMM

Belajar Dari Prof dr Budu

Tuberculosis di Tengah Pandemi Corona