Black Campaign



Sebagai pengguna media sosial yang hampir setiap hari meluangkan waktu untuk bermedsos baik tuk update status, berbagi berita, foto-foto atau sekadar lihat-lihat info terbaru. Tiga hari ini saya melihat linimasa facebook diwarnai status dan berita mengenai Pemilukada.

Wajar saja, karena memang lagi musimnya. Cuma yang jadi keresahan kemudian bahwa dari informasi yang lalu lalang di linimasa itu, saya melihat 80 % berisi upaya saling menjelekkan lawan atau black campaign. Belum lagi kalau kita coba memasuki grup-grup lapak Pilkada. Persentasenya bisa mencapai 100 %, tak usah saya ajak untuk menelusuri lagi kolom-kolom komentar.

Sebagai contoh atas keresahan itu, di Pilwali Makassar misalnya yang kebetulan hanya dua pasang calon, dimana kubu satu yang tak henti-henti menyinyir soal "ketapan" kemudian balasan dari kubu dua yang nyiyir soal "kewajiban yang mesti dilunasi". Dua isu ini dan isu2 lain yang bikin geleng-gelng kepala aktif dilancarkan dan direproduksi oleh masing-masing kubu. Di Pligub hampir sama, cuma sedikit lebih baik karena ia menyajikan lebih dari dua pasang calon, meski bukan berarti black campaign tidak ada, satu contoh yang paling viral adalah video salah satu cagub yang terekam tak mau menyalami salah satu kandidat. Sontak video tersebut disertai caption menyudutkan dll tersebar cepat dan jadi alat untuk menyiyir dimana-mana. Yang menyebar itu bisa dipastikan kubu lawannya bukan.

Akhirnya, dalam tiga hari ini pasca penetapan calon peserta Pemilukada (Pilgub/Pilwali/Pilbub) yang kita dapatkan sebagian besarnya barulah informasi yang sifatnya black campaign. Semoga ini tidak berlanjut di hari-hari berikutnya sampai di tanggal pemilihan, karena bila demikian kita bukan lagi memilih yang terbaik dari dua, tiga, empat pilihan yang baik-baik, tapi memilih berdasarkan siapa yang paling tidak lebih buruk diantara yang lainnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Falsafah Hari, Pesan Untuk Kader IMM

Belajar Dari Prof dr Budu

Tuberculosis di Tengah Pandemi Corona